Dosen : Dr. H. E. Kosasih, M.Pd
Waktu : 4 November 2012
Pembelajaran siswa aktif mengarah pada pengoptimalisasian
pelibatan intelektual, emosional dan fisik siswa jika diperlukan. Pembelajaran
siswa aktif menekankan mental siswa sehingga siswa dapat aktif berpikir dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan secara menyeluruh.
Usaha penerapan pembelajaran
siswa aktif merupakan proses pembangkitan kembali atau pemantapan konsep yang
telah ada. Hakikat pembelajaran siswa aktif tidak hanya terletak pada tingkat
keterlibatan intelektual-emosional tetapi terletak juga pada diri siswa yang
memiliki potensi yang menyebabkan siswa selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab
itu guru diharapkan mampu merencanakan
sistem pembelajaran yang efektif dan efisien.
a.
Pengertian
Active Learning
Pembelajaran aktif (active learning)
adalah suatu proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik agar belajar
dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif. Pembelajaran aktif
(active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi
yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran.
Siswa dalam pembelajaran harus dipandang sebagai objek
sekaligus subjek, dalam hal ini siswa harus diposisikan sebagai individu yang
dinamis, aktif dan kreatif. Oleh karena
itu, setiap
pembelajaran harus dikembangkan sedemikian rupa supaya siswa merasa bahwa
kondisi dalam pembelajaran memiliki suasana yang fleksibel, menyenangkan, dan
inspiratif. Bila suasana itu terjadi dalam pembelajaran maka kegiatan belajar
siswa akan penuh kebermaknaan serta aktivitas dan kreativitas yang dilakukan
siswa dapat dicapai secara optimal.
Karakteristik belajar yang dituntut saat ini adalah model
pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara aktif yang total sesuai
dengan potensi dan perkembangan siswa. Hal ini berarti bahwa
guru harus dapat mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran berkadar
aktivitas siswa yang tinggi. Untuk mencapai ke arah itu bukan berarti guru
cukup hanya dapat memilih dan melaksanakan strategi pembelajaran yang
diklasifikasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Melainkan, guru harus mampu mulai dari ;
1)
mendesain pembelajaran yang berkarakteristik pada
pengembangan belajar siswa aktif;
2)
memotivasi siswa dalam belajar;
3)
mengelola kelas sehingga menghasilkan aktivitas yang
total;
4)
memberikan latihan, praktek atau tugas esensial di
sekolah maupun di rumah yang tepat sehingga dapat mendorong siswa aktif;
5)
memilih dan mengunakan strategi belajar yang memiliki
karakteristik aktivitas siswa yang tinggi;
6)
mampu memilih dan menerapkan pemberdayaan media dan
sumber belajar dalam mendukung aktivitas siswa dalam belajar, dan;
7)
mampu melakukan penilaian secara komprehensif maupun
spesifik sesuai kebutuhan sistem penilaian.
Dengan
kemampuan tersebut, guru akan dapat mengembangkan pembelajaran siswa aktif (active
learning) secara maksimal.
b.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran.
Prinsip-Prinsip pendekatan Belajar Aktif (Active Learning Strategy)
yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendekatan belajar aktif (Active Learning
Strategy) adalah tingkah laku yang mendasar bagi siswa yang selalu nampak dan
menggambarkan keterlibatannya dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan
mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan
sebagai keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Sedangkan dalam
penerapan strategi belajar aktif, seorang guru harus mampu membuat pelajaran
yang diajarkan itu menantang dan merangsang daya cipta siswa untuk menemukan
serta mengesankan bagi siswa. Untuk itu seorang guru harus memperhatikan
beberapa prinsip dalam menerapkan pendekatan belajar aktif (active learning
strategy), sebagaimana yang diungkapkan oleh Semiawan (1992: 10) dan Zuhairini
(1993: 116-118) bahwa prinsip-prinsip penerapan pendekatan belajar aktif
(active learning strategy) adalah sebagai berikut:
1)
Prinsip
Motivasi
Motif adalah daya
dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Kalau
seorang siswa rajin belajar, guru hendaknya menyelidiki apa kiranya motif yang
mendorongnya. Kalau seorang siswa malas belajar, guru hendaknya menyelidiki
mengapa ia berbuat demikian. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong,
motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan dan atau ditingkatkan
dalam diri siswa.
Ada dua jenis
motivasi, yaitu motivasi dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi dari
luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dalam diri dapat dilakukan dengan menggairahkan
perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam
belajar. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya
melalui pujian, hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan
rumahnya (Semiawan, 1992: 10).
2)
Prinsip
Latar atau Konteks
Kegiatan belajar
tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas, para siswa yang mempelajari sesuatu hal yang
baru telah pula mengetahui hal-hal lain yang secara langsung atau tak langsung
berkaitan. Karena itu, para guru perlu meyelidiki apa kira-kira pengetahuan,
perasaan, keterampilan,
sikap, dan pengalaman yang telah dimiliki para siswa. Perolehan ini perlu
dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru atau
dipelajari para siswa. Dalam mengajarkan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan atau
hewan misalnya, para guru dapat mengaitkannya dengan pengalaman para siswa
dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dipelihara orang tuanya, yang berada
dilingkungan sekitarnya. Dengan cara ini, para siswa akan lebih mudah menangkap
dan memahami bahan pelajaran yang baru (Semiawan, 1992: 10).
3)
Prinsip
Keterarahan kepada Titik Pusat atau Fokus Tertentu.
Seorang guru
diharapkan dapat membuat suatu bentuk atau pola pelajaran, agar pelajaran tidak
terpecah-pecah dan perhatian murid terhadap pelajaran dapat terpusat pada
materi tertentu. Untuk itu seorang guru harus merumuskan dengan jelas masalah
yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab. Upaya ini
akan dapat membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta akan
memberikan arah kepada tujuan yang hendak dicapai secara tepat (Zuhairini dkk,
1993: 117).
4)
Prinsip
Hubungan Social atau Sosialisasi
Dalam belajar para
siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada
kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara
bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok, daripada jika dikerjakan sendirian
oleh masing-masing siswa. Belajar mengenai bahan bangunan yang biasanya
digunakan oleh masyarakat dalam membangun rumah tentu saja akan lebih mudah dan
lebih cepat jika para siswa bekerja sama. Mereka dapat dibagi kedalam kelompok
dan kepada setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Latihan bekerja
sama sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian anak (Semiawan,
1992: 11).
5)
Prinsip
Belajar Sambil Bekerja
Anak-anak pada
hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas.
Bekerja adalah tuntutan pernyataan dari anak.
Karena itu, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk
melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya.
Semakin anak bertumbuh semakin berkurang kadar bekerja
dan semakin bertambah kadar berpikir. Apa yang diperoleh anak melalui kegiatan
bekerja, mencari, dan menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan. Hal itu akan
tertanam dalam hati sanubari dan pikiran anak. Para siswa akan bergembira kalau
mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan kemampuan bekerjanya (Semiawan,
1992: 11).
6)
Prinsip
Perbedaan Perorangan atau Individualisasi
Zuhairini dkk
(1993: 117) mengungkapkan bahwa “masing-masing individu mempunyai kecenderungan
yang berbeda. Untuk itu para guru diharapkan tidak memperlakukan sama terhadap
siswa-siswanya. Seorang guru diharapkan dapat mempelajari perbedaan itu agar
kecepatan dan keberhasilan belajar anak dapatlah ditumbuh kembangkan dengan
seoptimal mungkin”.
7)
Prinsip
Menemukan
Seorang guru
hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk mencari dan
menemukan sendiri beberapa informasi yang telah dimiliki. Informasi guru
tersebut hendaknya dibatasi pada informasi yang benar-benar mendasar dan
‘memancing’ siswa untuk ‘mengail’ informasi selanjutnya. Jika para siswa ini
diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri informasi itu, maka mereka
akan merasakan getaran pikiran, perasaan dan hati. Getaran-getaran dalam diri
siswa ini akan membuat kegiatan belajar tidak membosankan, malah menggairahkan
(Zuhairini dkk, 1993: 117-118).
8)
Prinsip
Pemecahan Masalah
Seluruh kegiatan
siswa akan terarah jika didorong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Guna
mencapai tujuan-tujuan, para siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar
mereka peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para
siswa dihadapkan kepada situasi yang memerlukan pemecahan.
Para guru hendaknya mendorong para siswa untuk melihat
masalah, merumuskannya, dan berdaya upaya untuk memecahkannya sejauh taraf kemampuan
para siswa (Semiawan, 1992: 13).
Jika prinsip-prinsip ini diterapkan dalam proses belajar
mengajar nyata dikelas, maka pintu kearah pendekatan belajar aktif (active learning
strategy) mulai terbuka.
c.
Strategi Pengembangan
Menurut
Ujang Sukanda, Strategi pengembangan active learning adalah cara pandang yang
menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap
pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh siswa bukan oleh guru, serta
menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan
inisiatif dan tanggung jawab belajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar
selama hidupnya. Ada beberapa cara membuat siswa aktif. Yaitu :
1)
Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak
Awal
-
Strategi Pembentukkan Tim
ð Iklan
televisi
Ini merupakan kegiatan pembuka yang baik
bagi siswa yang telah mengenal satu sama lain. Aktivitas ini dapat memunculkan
semangat tim dengan cepat.
Prosedur
:
a)
Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan
tidak lebih dari 6 orang.
b)
Perintahkan tim-tim tersebut membuat
iklan tv tiga puluh detik yang menawarkan mata pelajaran-menekankan, misalnya,
nilai gunanya bagi mereka (atau bahkan bagi dunia !), tokoh-tokoh terkenal yang
terkait dengan materi pelajaran ini, dan sebagainya.
c)
Iklan tersebut harus berisi slogan
(misalnya “dengan ilmu kimia, hidup menjadi lebih baik”) dan media visual
(misalnya produk kimia terkenal).
d)
Jelaskan bahwa dengan membuat konsep
umum dan garis-garis besar iklan saja sudah cukup. Namun jika sebuah tim ingin
memperagakan iklannya, itu boleh-boleh saja.
e)
Sebelum masing-masing tim mulai
merencanakan iklannya, diskusikan karakteristik beberapa iklan yang belakangan
sedang terkenal untuk menyemarakkan kegiatan (mialnya gunakan karakter
terkenal, humor, perbandingan hingga persaingan, daya tarik seksual).
f)
Perintahkan tiap tim untuk menyajikan
gagasannya. Pujilah kreativitas semua siswa.
Variasi
:
a)
Sebagai alternatif, perintahkan tiap tim
untuk membuat iklan media cetak, bukannya iklan tv, atau jika mungkin
perintahkan mereka untuk benar-benar membuat iklan dengan menggunakan kamera
video.
b)
Perintahkan tim untuk mengiklankan
kemampuan mereka atau sekolah mereka, bukannya mata pelajaran.
-
Strategi Penilaian Sederhana
ð Pertanyaan
yang dimiliki siswa
Ini merupakan cara yang tidak membuat
siswa takut untuk mempelajari apa yang mereka butuhkan dan harapkan. Cara ini
memanfaatkan tekhnik yang mengundang partisipasi melalui penulisannya, bukan
pembicaraannya.
Prosedur
:
a)
Berikan kartu indeks kosong kepada tiap
siswa.
b)
Perintahkan setiap siswa untuk
menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran atau sifat
dari pelajaran yang mereka ikuti (nama tidak perlu dicntumkan). Sebagai contoh,
seorang siswa dapat bertanya : “bagaimana perbedaan diwajibkan membuat karya
tulis ?”.
c)
Bagikan kartu tersebut ke seluruh
kelompok searah jarum jam. Ketika masing-masing kartu dibagikan kepada siswa
berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang pada kartu itu jika
berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang membacanya.
d)
Ketika semua kartu siswa kembali kepada
pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua pertayaan kelompok. Sampai disini,
kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban
kepada masing-masing pertanyaan ini dengan a. memberikan jawaban yang langsung
dan singkat. b. menunda pertanyaan hingga waktu yang lebih tepat. Atau c.
mengemukakan bahwa untuk saat indi anda belum mampu menjawab pertanyaan atau
persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan).
e)
Perintahkan siswa untuk berbagi
pertanyaan mereka secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka itu tidak
mendapatkan suara (tanda centang) paling banyak.
f)
Kumpulkan semua kartui. Kartu-kartu itu
mungkin berisi pertanyaan yang dapat anda jawab pada pelajaran atau pertemuan
mendatang.
Variasi
:
a)
Jika kelas terlalu besar hingga waktunya
tidak cukup untuk membagikan kartu ke seluruh kelompok, bagilah kelas menjadi
sub-sub kelompok dan ikuti instruksi sama. Atau, kumpulkan saja kartu-kartu
tersebut tanpa mengharuskan mereka mengedarkannya ke seluruh kelas dan merespon
pada satu sampel pertanyaan.
b)
Sebagai alternatif dari pengajuan
pertanyaan pada kartu indeks, perintahkan siswa untuk menuliskan harapan
dan/atau keprihatinan mereka tentang mata pelajaran ini, topik yang mereka
harapkan akan dibahas oleh anda, atau aturan dasar untuk penjualan kelas yang
mesti mereka patuhi.
-
Strategi Pelibatan Belajara Langsung
ð Menyemarakkan
suasana belajar.
Sebuah kelas bisa dengan cepat mewujudkan
iklim belajar informal yang santai dengan meminta siswa menggunakan humor
kreatif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak
hanya akan membuat siswa berhumor ria, namun juga berfikir.
Prosedur
:
a)
Jelaskan kepada siswa bahwa anda ingin
melakukan latihan pembuka yang menyenangkan dengan mereka sebelum beranjak ke
hal-hal serius dalam materi yang diajarkan.
b)
Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok.
Beri mereka tugas yang secara gambling meminta mereka membuat sesuatu yang lucu
pada topic. Konsep atau persoalan penting dalam materi yang anda ajarkan.
c)
Contohnya antara lain :
Ø Pemerintah
: buatlah uraian tentang pemerintahan yang paling kejam sekaligus paling bobrok
yang bisa kita bayangkan.
Ø Matematika
: susunlah sebuah daftar berisi cara-cara perhitungan matematis yang paling
tidak efisien.
Ø Kesehatan
: buatlah menu makanan yang sama sekali tidak bergizi.
Ø Tehnik
: buatlah desain gambar jembatan yang gampang ambruk.
d)
Perintahkan sub-sub kelompok untuk
menyajikan “kreasi” mereka. Beri tepuk tangan.
e)
Tanyakan : “apa yang kalian pelajari
tentang materi pelajaran kita dari latihan ini?”
Variasi :
a)
Pengajar dapat membuat lelucon tentang
materi pelajaran dengan kreasinya sendiri.
b)
Buatlah pretest pilihan ganda tentang
materi yang akan anda ajarkan. Tambahkan humor pada butir pilihan gandanya.
Untuk tiap pertanyaan, perintahkan siswa untuk memilih jawaban yang menurut
mereka jawaban yang tidak benar.
2)
Bagaimana Membantu Siswa Mendapatkan
Pengetahuan, Ketrampilan, dan Sikap Secara Aktif
-
Kegiatan Belajar Dalam Satu Kelas Penuh
ð Menjadi
Kritikus Tayangan Video
Seringkali, menonton
tayangan video edukatif merupakan kegiatan pasif. Siswa duduk di kursi sembari
menunggu tayangan diputar. Namun yang ini merupakan cara aktif untuk menjadikan
siswa merasa terlibat dalam menonton tayangan video.
Prosedur
a)
Pilihlah video yang ingin Anda
pertunjukkan kepada siswa.
b)
Katakan kepada siswa, sebelum menonton
video, bahwa Anda ingin mereka mengkritisi apa yang akan ditayangkan.
Perintahkan mereka untuk meninjau beberapa faktor, termasuk:
·
Realisme (dari para pelakunya)
·
Relevansi
·
Saat-saat tak terlupakan
·
Penataan isi
·
Daya terapnya pada kehidupan sehari-hari
mereka.
c)
Putarlah video.
d)
laksanakan diskusi yang dapat Anda sebut
“pojok kritikus.”
e)
Lakukan jajak pendapat terhadap siswa
(opsional), dengan menggunakan semacam system penilaian keseluruhan, semisal:
·
Bintang satu sampai lima.
·
Jempol ke atas (bagus), jempol ke bawah
(jelek).
ð Menstimulasi
Diskusi Kelas
-
Debat Aktif
Sebuah debat bisa
menjadi metoda berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama
jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri
mereka sendiri. Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap
siswa di dalam kelas—tidak hanya mereka yang berdebat.
Prosedur:
a)
Susunlah sebuah pertanyaan yang berisi
pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran Anda
(misalnya “Media Cuma membuat berita, bukan melaporkannya.”)
b)
Bagilah siswa menjadi dua tim debat.
Berikan (secara acak) posisi “pro” kepada satu kelompok dan posisi “kontra”
kepada kelompok yang lain.
c)
Selanjutnya, buatlah dua hingga empat
sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang
berisi 24 siswa Anda dapat membuat tiga sub kelompok pro dan tiga sub kelompok
kontra, yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan tiap sub kelompok
untuk menyusun argumen bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar
panjang yang mungkin akan mereka diskusikan dan pilih. Pada akhir dari diskusi
mereka, perintahkan sub kelompok untuk memilih juru bicara.
d)
Tempatkan dua hingga empat kursi
(tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) bagi para
juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi
yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Posisikan siswa yang lain di
belakang tim debat mereka. Untuk contoh sebelumnya, susunannya akan tampak
seperti ini:
X X
X X
X X
X pro kon X
X pro kon X
X pro kon X
X X
X X
X X
Mulailah “debat” dengan
meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini
sebagai “argumen pembuka.”
e)
Setelah semua siswa mendengarkan argumen
pembuka, hentikan debat dan suruh mereka kembali ke sub kelompok awal mereka.
Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka menkonter
argumen pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok
memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru.
f)
Kembali ke “debat”. Perintahkan para
juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memberikan argumen tandingan.”
Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua belah
pihak) anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang memuat argumen
tandingan atau bantahan kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk
memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat
mereka.
g)
Bila Anda rasa perlu, akhirilah debat.
Tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan siswa untuk kembali berkumpul
membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan siswa dengan meminta
mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan debatnya.
Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan siswa dari
persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang
menurut mereka merupakan argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah
pihak.
-
Pengajaran Sesama Siswa
ð Setiap
Siswa Bisa Menjadi Guru di Sini
Ini merupakan strategi
mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggung jawaban
individu. Strategi ini memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak
sebagai “guru” bagi siswa lain.
Prosedur:
a)
Bagikan kartu indeks kepada tiap siswa.
Perintahkan siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi
belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau topik
khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas.
Sebagai misal, guru
dapat membuat landasan untuk diskusi kelas tentang kisah Sangkuriang, dengan
membagikan kartu indeks dan meminta siswa menuliskan sebuah pertanyaan yang
mereka miliki tentang kisah tersebut. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang
ditulis oleh siswa dan kemudian dibagikan kembali kepada seluruh kelas untuk
mendapatkan jawabannya;
1)
Mengapa Dayang Sumbi menikahi si Tumang?
2)
Mengapa Sangkuriang membunuh si Tumang?
3)
Mengapa Sangkuriang mencintai ibunya?
4)
Bagaimana cara Sangkuriang membuat
perahu?
5)
Dll.
b)
Kumpulkan kartu, kemudian kocoklah, dan
bagikan satu-satu kepada siswa. Perintahkan siswa untuk membaca dalam hati
pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.
c)
Tunjuklah beberapa siswa untuk
membacakan kartu yang mereka dapatkan dan memberikan jawabannya.
d)
Setelah memberikan jawaban, perintahkan
siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang dikemukakan oleh siswa yang
membacakan kartunya itu.
e)
Lanjutkan prosedur ini bila waktunya
memungkinkan.
-
Pengembangan Keterampilan
ð Pemeranan
Lakon Oleh Tiga Orang
Teknik ini memperluas
pemeranan lakon tradisional dengan menggunakan tiga siswa yang berbeda dalam
situasi pemeranan lakon yang sama. Teknik ini menunjukkan pengaruh dari variasi
gaya individual terhadap akibat dari situasi itu.
Prosedur
a)
Dengan bantuan siswa, tunjukkan konsep
dasar pemeranan lakon (jika perlu) dengan sebuah situasi semisal siswa yang
memprotes nilainya kepada seorang guru.
b)
Buatlah skenario dan jelaskan kepada
siswa.
c)
Perintahkan empat siswa untuk mengambil
peran karakter dalam pemeranan lakon. Tugaskan satu siswa untuk menjadi
karakter standar (misalnya, seorang guru) dan instruksikan tiga siswa yang lain
bahwa mereka akan memainkan peran yang lainnya (misalnya sebagai siswa) secara bergiliran.
d)
Perintahkan tiga siswa secara bergilir
untuk meninggalkan ruang dan memutuskan pada urutan mana mereka akan
berpartisipasi. Bila sudah siap, siswa yang pertama kembali memasuki ruangan
dan memulai pemeranan lakon dengan dua siswa lainnya.
e)
Setelah tiga menit, umumkan waktunya dan
perintahkan siswa kedua untuk memasuki ruangan dan mengulang situasi yang sama.
Siswa pertama kini dapat tetap tinggal dalam ruangan. Setelah tiga menit dengan
siswa kedua, lanjutkan dengan siswa ketiga dengan menggunakan skenario itu.
f)
Pada akhir pemeranan lakon, perintahkan
siswa untuk membandingkan dan membedakan gaya dari ketiga siswa relawan dengan
mengidentifikasi teknik-teknik mana yang efektif dan dengan mencatat bagian
mana saja yang perlu diperbaiki.
3)
Bagaimana Menjadikan Belajar Tidak
Terlupakan
-
Strategi Peninjauan Kembali
ð Teka-teki
Silang
Menyusun tes peninjauan
kembali dalam bentuk teka-teki silang akan mengundang minat dan partisipasi
siswa. Teka-teki silang bisa diisi secara perseorangan atau kelompok.
a)
Langkah pertama adalah dengan
menjelaskan beberapa istilah atau nama-nama penting yang terkait dengan mata pelajaran
yang telah Anda ajarkan.
b)
Susunlah sebuah teka-teki silang sederhana,
dengan menyertakan sebanyak mungkin unsur pelajaran. (Catatan: jika terlalu
sulit untuk membuat teka-teki silang tentang apa yang terkandung dalam
pelajaran, sertakan unsur-unsur yang bersifat menghibur, yang tidak mesti
berhubungan dengan pelajaran, sebagai selingan.)
c)
Susunlah kata-kata pemandu pengisian
teka-teki silang Anda. Gunakan jenis yang berikut ini:
·
Definisi singkat
·
Sebuah kategori yang cocok dengan
unsurnya
·
Sebuah contoh
·
Lawan kata
d)
Bagikan teka-teki itu kepada siswa, baik
secara perseorangan maupun kelompok.
e)
Tetapkan batas waktunya. Berikan
penghargaan kepada individu atau tim yang paling banyak memiliki jawaban benar.
Variasi
a)
Perintahkan seluruh kelompok untuk
bekerjasama dalam mengisi teka-teki silang tersebut.
b)
Sederhanakan teka-teki itu dengan
menetapkan satu kata yang merupakan kunci dari pelajaran. Tuliskan dalam kotak
mendatar. Gunakan kata yang menunjukkan unsur-unsur lain dalam pelatihan dan
cocokan secara menurun agar membentuk kata kunci.