Senin, 24 Desember 2012

Makalah Active Learning



Mata Kuliah  : Belajar dan Pembelajaran Bahasa
Dosen            : Dr. H. E. Kosasih, M.Pd

Waktu            : 4 November 2012

PENDAHULUAN
           
            Pembelajaran siswa aktif mengarah pada pengoptimalisasian pelibatan intelektual, emosional dan fisik siswa jika diperlukan. Pembelajaran siswa aktif menekankan mental siswa sehingga siswa dapat aktif berpikir dalam menyelesaikan sebuah permasalahan secara menyeluruh. 
Usaha penerapan pembelajaran siswa aktif merupakan proses pembangkitan kembali atau pemantapan konsep yang telah ada. Hakikat pembelajaran siswa aktif tidak hanya terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional tetapi terletak juga pada diri siswa yang memiliki potensi yang menyebabkan siswa selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan  mampu merencanakan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien.

a.    Pengertian Active Learning
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Siswa dalam pembelajaran harus dipandang sebagai objek sekaligus subjek, dalam hal ini siswa harus diposisikan sebagai individu yang dinamis, aktif dan kreatif. Oleh karena itu, setiap pembelajaran harus dikembangkan sedemikian rupa supaya siswa merasa bahwa kondisi dalam pembelajaran memiliki suasana yang fleksibel, menyenangkan, dan inspiratif. Bila suasana itu terjadi dalam pembelajaran maka kegiatan belajar siswa akan penuh kebermaknaan serta aktivitas dan kreativitas yang dilakukan siswa dapat dicapai secara optimal.
Karakteristik belajar yang dituntut saat ini adalah model pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara aktif yang total sesuai dengan potensi dan perkembangan siswa. Hal ini berarti bahwa guru harus dapat mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran berkadar aktivitas siswa yang tinggi. Untuk mencapai ke arah itu bukan berarti guru cukup hanya dapat memilih dan melaksanakan strategi pembelajaran yang diklasifikasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Melainkan, guru harus mampu mulai dari ;
1)      mendesain pembelajaran yang berkarakteristik pada pengembangan belajar siswa aktif;
2)      memotivasi siswa dalam belajar;
3)      mengelola kelas sehingga menghasilkan aktivitas yang total;
4)      memberikan latihan, praktek atau tugas esensial di sekolah maupun di rumah yang tepat sehingga dapat mendorong siswa aktif;
5)      memilih dan mengunakan strategi belajar yang memiliki karakteristik aktivitas siswa yang tinggi;
6)      mampu memilih dan menerapkan pemberdayaan media dan sumber belajar dalam mendukung aktivitas siswa dalam belajar, dan;
7)      mampu melakukan penilaian secara komprehensif maupun spesifik sesuai kebutuhan sistem penilaian.

Dengan kemampuan tersebut, guru akan dapat mengembangkan pembelajaran siswa aktif (active learning) secara maksimal.

b.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran.
Prinsip-Prinsip pendekatan Belajar Aktif (Active Learning Strategy) yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendekatan belajar aktif (Active Learning Strategy) adalah tingkah laku yang mendasar bagi siswa yang selalu nampak dan menggambarkan keterlibatannya dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan sebagai keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.

Sedangkan dalam penerapan strategi belajar aktif, seorang guru harus mampu membuat pelajaran yang diajarkan itu menantang dan merangsang daya cipta siswa untuk menemukan serta mengesankan bagi siswa. Untuk itu seorang guru harus memperhatikan beberapa prinsip dalam menerapkan pendekatan belajar aktif (active learning strategy), sebagaimana yang diungkapkan oleh Semiawan (1992: 10) dan Zuhairini (1993: 116-118) bahwa prinsip-prinsip penerapan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) adalah sebagai berikut:
1)      Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Kalau seorang siswa rajin belajar, guru hendaknya menyelidiki apa kiranya motif yang mendorongnya. Kalau seorang siswa malas belajar, guru hendaknya menyelidiki mengapa ia berbuat demikian. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan dan atau ditingkatkan dalam diri siswa.
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dalam diri dapat dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui pujian, hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya (Semiawan, 1992: 10).

2)      Prinsip Latar atau Konteks
Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas, para siswa yang mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula mengetahui hal-hal lain yang secara langsung atau tak langsung berkaitan. Karena itu, para guru perlu meyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan, keterampilan, sikap, dan pengalaman yang telah dimiliki para siswa. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru atau dipelajari para siswa. Dalam mengajarkan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan atau hewan misalnya, para guru dapat mengaitkannya dengan pengalaman para siswa dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dipelihara orang tuanya, yang berada dilingkungan sekitarnya. Dengan cara ini, para siswa akan lebih mudah menangkap dan memahami bahan pelajaran yang baru (Semiawan, 1992: 10).



3)      Prinsip Keterarahan kepada Titik Pusat atau Fokus Tertentu.
Seorang guru diharapkan dapat membuat suatu bentuk atau pola pelajaran, agar pelajaran tidak terpecah-pecah dan perhatian murid terhadap pelajaran dapat terpusat pada materi tertentu. Untuk itu seorang guru harus merumuskan dengan jelas masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab. Upaya ini akan dapat membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta akan memberikan arah kepada tujuan yang hendak dicapai secara tepat (Zuhairini dkk, 1993: 117).

4)      Prinsip Hubungan Social atau Sosialisasi
Dalam belajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok, daripada jika dikerjakan sendirian oleh masing-masing siswa. Belajar mengenai bahan bangunan yang biasanya digunakan oleh masyarakat dalam membangun rumah tentu saja akan lebih mudah dan lebih cepat jika para siswa bekerja sama. Mereka dapat dibagi kedalam kelompok dan kepada setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Latihan bekerja sama sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian anak (Semiawan, 1992: 11).

5)      Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Bekerja adalah tuntutan pernyataan dari anak. Karena itu, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya. Semakin anak bertumbuh semakin berkurang kadar bekerja dan semakin bertambah kadar berpikir. Apa yang diperoleh anak melalui kegiatan bekerja, mencari, dan menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan. Hal itu akan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran anak. Para siswa akan bergembira kalau mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan kemampuan bekerjanya (Semiawan, 1992: 11).

6)      Prinsip Perbedaan Perorangan atau Individualisasi
Zuhairini dkk (1993: 117) mengungkapkan bahwa “masing-masing individu mempunyai kecenderungan yang berbeda. Untuk itu para guru diharapkan tidak memperlakukan sama terhadap siswa-siswanya. Seorang guru diharapkan dapat mempelajari perbedaan itu agar kecepatan dan keberhasilan belajar anak dapatlah ditumbuh kembangkan dengan seoptimal mungkin”.

7)      Prinsip Menemukan
Seorang guru hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk mencari dan menemukan sendiri beberapa informasi yang telah dimiliki. Informasi guru tersebut hendaknya dibatasi pada informasi yang benar-benar mendasar dan ‘memancing’ siswa untuk ‘mengail’ informasi selanjutnya. Jika para siswa ini diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri informasi itu, maka mereka akan merasakan getaran pikiran, perasaan dan hati. Getaran-getaran dalam diri siswa ini akan membuat kegiatan belajar tidak membosankan, malah menggairahkan (Zuhairini dkk, 1993: 117-118).

8)      Prinsip Pemecahan Masalah
Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika didorong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan, para siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan kepada situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya mendorong para siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berdaya upaya untuk memecahkannya sejauh taraf  kemampuan para siswa (Semiawan, 1992: 13).
Jika prinsip-prinsip ini diterapkan dalam proses belajar mengajar nyata dikelas, maka pintu kearah pendekatan belajar aktif (active learning strategy) mulai terbuka.


c.       Strategi Pengembangan
Menurut Ujang Sukanda, Strategi pengembangan active learning adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh siswa bukan oleh guru, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya. Ada beberapa cara membuat siswa aktif. Yaitu : 

1)      Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal
-          Strategi Pembentukkan Tim
ð  Iklan televisi
Ini merupakan kegiatan pembuka yang baik bagi siswa yang telah mengenal satu sama lain. Aktivitas ini dapat memunculkan semangat tim dengan cepat.
Prosedur :
a)      Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan tidak lebih dari 6 orang.
b)      Perintahkan tim-tim tersebut membuat iklan tv tiga puluh detik yang menawarkan mata pelajaran-menekankan, misalnya, nilai gunanya bagi mereka (atau bahkan bagi dunia !), tokoh-tokoh terkenal yang terkait dengan materi pelajaran ini, dan sebagainya.
c)      Iklan tersebut harus berisi slogan (misalnya “dengan ilmu kimia, hidup menjadi lebih baik”) dan media visual (misalnya produk kimia terkenal).
d)     Jelaskan bahwa dengan membuat konsep umum dan garis-garis besar iklan saja sudah cukup. Namun jika sebuah tim ingin memperagakan iklannya, itu boleh-boleh saja.
e)      Sebelum masing-masing tim mulai merencanakan iklannya, diskusikan karakteristik beberapa iklan yang belakangan sedang terkenal untuk menyemarakkan kegiatan (mialnya gunakan karakter terkenal, humor, perbandingan hingga persaingan, daya tarik seksual).
f)       Perintahkan tiap tim untuk menyajikan gagasannya. Pujilah kreativitas semua siswa.
Variasi :
a)      Sebagai alternatif, perintahkan tiap tim untuk membuat iklan media cetak, bukannya iklan tv, atau jika mungkin perintahkan mereka untuk benar-benar membuat iklan dengan menggunakan kamera video.
b)      Perintahkan tim untuk mengiklankan kemampuan mereka atau sekolah mereka, bukannya mata pelajaran.

-          Strategi Penilaian Sederhana
ð  Pertanyaan yang dimiliki siswa
Ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut untuk mempelajari apa yang mereka butuhkan dan harapkan. Cara ini memanfaatkan tekhnik yang mengundang partisipasi melalui penulisannya, bukan pembicaraannya.
Prosedur :
a)      Berikan kartu indeks kosong kepada tiap siswa.
b)      Perintahkan setiap siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran atau sifat dari pelajaran yang mereka ikuti (nama tidak perlu dicntumkan). Sebagai contoh, seorang siswa dapat bertanya : “bagaimana perbedaan diwajibkan membuat karya tulis ?”.
c)      Bagikan kartu tersebut ke seluruh kelompok searah jarum jam. Ketika masing-masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang pada kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang membacanya.
d)     Ketika semua kartu siswa kembali kepada pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua pertayaan kelompok. Sampai disini, kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban kepada masing-masing pertanyaan ini dengan a. memberikan jawaban yang langsung dan singkat. b. menunda pertanyaan hingga waktu yang lebih tepat. Atau c. mengemukakan bahwa untuk saat indi anda belum mampu menjawab pertanyaan atau persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan).
e)      Perintahkan siswa untuk berbagi pertanyaan mereka secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka itu tidak mendapatkan suara (tanda centang) paling banyak.
f)       Kumpulkan semua kartui. Kartu-kartu itu mungkin berisi pertanyaan yang dapat anda jawab pada pelajaran atau pertemuan mendatang.
Variasi :
a)      Jika kelas terlalu besar hingga waktunya tidak cukup untuk membagikan kartu ke seluruh kelompok, bagilah kelas menjadi sub-sub kelompok dan ikuti instruksi sama. Atau, kumpulkan saja kartu-kartu tersebut tanpa mengharuskan mereka mengedarkannya ke seluruh kelas dan merespon pada satu sampel pertanyaan.
b)      Sebagai alternatif dari pengajuan pertanyaan pada kartu indeks, perintahkan siswa untuk menuliskan harapan dan/atau keprihatinan mereka tentang mata pelajaran ini, topik yang mereka harapkan akan dibahas oleh anda, atau aturan dasar untuk penjualan kelas yang mesti mereka patuhi.

-          Strategi Pelibatan Belajara Langsung
ð  Menyemarakkan suasana belajar.
Sebuah kelas bisa dengan cepat mewujudkan iklim belajar informal yang santai dengan meminta siswa menggunakan humor kreatif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak hanya akan membuat siswa berhumor ria, namun juga berfikir.
Prosedur :
a)      Jelaskan kepada siswa bahwa anda ingin melakukan latihan pembuka yang menyenangkan dengan mereka sebelum beranjak ke hal-hal serius dalam materi yang diajarkan.
b)      Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok. Beri mereka tugas yang secara gambling meminta mereka membuat sesuatu yang lucu pada topic. Konsep atau persoalan penting dalam materi yang anda ajarkan.
c)      Contohnya antara lain :
Ø  Pemerintah : buatlah uraian tentang pemerintahan yang paling kejam sekaligus paling bobrok yang bisa kita bayangkan.
Ø  Matematika : susunlah sebuah daftar berisi cara-cara perhitungan matematis yang paling tidak efisien.
Ø  Kesehatan : buatlah menu makanan yang sama sekali tidak bergizi.
Ø  Tehnik : buatlah desain gambar jembatan yang gampang ambruk.
d)     Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyajikan “kreasi” mereka. Beri tepuk tangan.
e)      Tanyakan : “apa yang kalian pelajari tentang materi pelajaran kita dari latihan ini?”

Variasi :
a)      Pengajar dapat membuat lelucon tentang materi pelajaran dengan kreasinya sendiri.
b)      Buatlah pretest pilihan ganda tentang materi yang akan anda ajarkan. Tambahkan humor pada butir pilihan gandanya. Untuk tiap pertanyaan, perintahkan siswa untuk memilih jawaban yang menurut mereka jawaban yang tidak benar.

2)      Bagaimana Membantu Siswa Mendapatkan Pengetahuan, Ketrampilan, dan Sikap Secara Aktif
-          Kegiatan Belajar Dalam Satu Kelas Penuh
ð  Menjadi Kritikus Tayangan Video
Seringkali, menonton tayangan video edukatif merupakan kegiatan pasif. Siswa duduk di kursi sembari menunggu tayangan diputar. Namun yang ini merupakan cara aktif untuk menjadikan siswa merasa terlibat dalam menonton tayangan video.
Prosedur
a)      Pilihlah video yang ingin Anda pertunjukkan kepada siswa.
b)      Katakan kepada siswa, sebelum menonton video, bahwa Anda ingin mereka mengkritisi apa yang akan ditayangkan. Perintahkan mereka untuk meninjau beberapa faktor, termasuk:
·         Realisme (dari para pelakunya)
·         Relevansi
·         Saat-saat tak terlupakan
·         Penataan isi
·         Daya terapnya pada kehidupan sehari-hari mereka.
c)      Putarlah video.
d)     laksanakan diskusi yang dapat Anda sebut “pojok kritikus.”
e)      Lakukan jajak pendapat terhadap siswa (opsional), dengan menggunakan semacam system penilaian keseluruhan, semisal:
·         Bintang satu sampai lima.
·         Jempol ke atas (bagus), jempol ke bawah (jelek).

ð  Menstimulasi Diskusi Kelas
-          Debat Aktif
Sebuah debat bisa menjadi metoda berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri. Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap siswa di dalam kelas—tidak hanya mereka yang berdebat.
Prosedur:
a)      Susunlah sebuah pertanyaan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran Anda (misalnya “Media Cuma membuat berita, bukan melaporkannya.”)
b)      Bagilah siswa menjadi dua tim debat. Berikan (secara acak) posisi “pro” kepada satu kelompok dan posisi “kontra” kepada kelompok yang lain.
c)      Selanjutnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa Anda dapat membuat tiga sub kelompok pro dan tiga sub kelompok kontra, yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan tiap sub kelompok untuk menyusun argumen bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar panjang yang mungkin akan mereka diskusikan dan pilih. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkan sub kelompok untuk memilih juru bicara.
d)     Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) bagi para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Posisikan siswa yang lain di belakang tim debat mereka. Untuk contoh sebelumnya, susunannya akan tampak seperti ini:
X                                                                           X
X                                                                           X
X                                                                           X
X               pro                                           kon      X
X               pro                                           kon      X
X               pro                                           kon      X
X                                                                           X
X                                                                           X
X                                                                           X
Mulailah “debat” dengan meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai “argumen pembuka.”
e)      Setelah semua siswa mendengarkan argumen pembuka, hentikan debat dan suruh mereka kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka menkonter argumen pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru.
f)       Kembali ke “debat”. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memberikan argumen tandingan.” Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua belah pihak) anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang memuat argumen tandingan atau bantahan kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat mereka.
g)      Bila Anda rasa perlu, akhirilah debat. Tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan siswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.

-          Pengajaran Sesama Siswa
ð  Setiap Siswa Bisa Menjadi Guru di Sini
Ini merupakan strategi mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggung jawaban individu. Strategi ini memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa lain.
Prosedur:
a)      Bagikan kartu indeks kepada tiap siswa. Perintahkan siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas.
Sebagai misal, guru dapat membuat landasan untuk diskusi kelas tentang kisah Sangkuriang, dengan membagikan kartu indeks dan meminta siswa menuliskan sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang kisah tersebut. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang ditulis oleh siswa dan kemudian dibagikan kembali kepada seluruh kelas untuk mendapatkan jawabannya;
1)      Mengapa Dayang Sumbi menikahi si Tumang?
2)      Mengapa Sangkuriang membunuh si Tumang?
3)      Mengapa Sangkuriang mencintai ibunya?
4)      Bagaimana cara Sangkuriang membuat perahu?
5)      Dll.
b)      Kumpulkan kartu, kemudian kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa. Perintahkan siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.
c)      Tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan kartu yang mereka dapatkan dan memberikan jawabannya.
d)     Setelah memberikan jawaban, perintahkan siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang dikemukakan oleh siswa yang membacakan kartunya itu.
e)      Lanjutkan prosedur ini bila waktunya memungkinkan.

-          Pengembangan Keterampilan
ð  Pemeranan Lakon Oleh Tiga Orang
Teknik ini memperluas pemeranan lakon tradisional dengan menggunakan tiga siswa yang berbeda dalam situasi pemeranan lakon yang sama. Teknik ini menunjukkan pengaruh dari variasi gaya individual terhadap akibat dari situasi itu.
Prosedur
a)      Dengan bantuan siswa, tunjukkan konsep dasar pemeranan lakon (jika perlu) dengan sebuah situasi semisal siswa yang memprotes nilainya kepada seorang guru.
b)      Buatlah skenario dan jelaskan kepada siswa.
c)      Perintahkan empat siswa untuk mengambil peran karakter dalam pemeranan lakon. Tugaskan satu siswa untuk menjadi karakter standar (misalnya, seorang guru) dan instruksikan tiga siswa yang lain bahwa mereka akan memainkan peran yang lainnya (misalnya sebagai siswa) secara bergiliran.
d)     Perintahkan tiga siswa secara bergilir untuk meninggalkan ruang dan memutuskan pada urutan mana mereka akan berpartisipasi. Bila sudah siap, siswa yang pertama kembali memasuki ruangan dan memulai pemeranan lakon dengan dua siswa lainnya.
e)      Setelah tiga menit, umumkan waktunya dan perintahkan siswa kedua untuk memasuki ruangan dan mengulang situasi yang sama. Siswa pertama kini dapat tetap tinggal dalam ruangan. Setelah tiga menit dengan siswa kedua, lanjutkan dengan siswa ketiga dengan menggunakan skenario itu.
f)       Pada akhir pemeranan lakon, perintahkan siswa untuk membandingkan dan membedakan gaya dari ketiga siswa relawan dengan mengidentifikasi teknik-teknik mana yang efektif dan dengan mencatat bagian mana saja yang perlu diperbaiki.

3)      Bagaimana Menjadikan Belajar Tidak Terlupakan
-          Strategi Peninjauan Kembali
ð  Teka-teki Silang
Menyusun tes peninjauan kembali dalam bentuk teka-teki silang akan mengundang minat dan partisipasi siswa. Teka-teki silang bisa diisi secara perseorangan atau kelompok.
a)      Langkah pertama adalah dengan menjelaskan beberapa istilah atau nama-nama penting yang terkait dengan mata pelajaran yang telah Anda ajarkan.
b)      Susunlah sebuah teka-teki silang sederhana, dengan menyertakan sebanyak mungkin unsur pelajaran. (Catatan: jika terlalu sulit untuk membuat teka-teki silang tentang apa yang terkandung dalam pelajaran, sertakan unsur-unsur yang bersifat menghibur, yang tidak mesti berhubungan dengan pelajaran, sebagai selingan.)
c)      Susunlah kata-kata pemandu pengisian teka-teki silang Anda. Gunakan jenis yang berikut ini:
·         Definisi singkat
·         Sebuah kategori yang cocok dengan unsurnya
·         Sebuah contoh
·         Lawan kata
d)     Bagikan teka-teki itu kepada siswa, baik secara perseorangan maupun kelompok.
e)      Tetapkan batas waktunya. Berikan penghargaan kepada individu atau tim yang paling banyak memiliki jawaban benar.
Variasi
a)      Perintahkan seluruh kelompok untuk bekerjasama dalam mengisi teka-teki silang tersebut.
b)      Sederhanakan teka-teki itu dengan menetapkan satu kata yang merupakan kunci dari pelajaran. Tuliskan dalam kotak mendatar. Gunakan kata yang menunjukkan unsur-unsur lain dalam pelatihan dan cocokan secara menurun agar membentuk kata kunci.